Jumat, 26 Desember 2008

WASPADA WABAH PENYAKIT MENGANCAM KITA

Akhir dan awal tahun biasanya ditandai dengan datangnya musim hujan.Hujan deras yang terus mengguyur sebagian besar wilayah di Indonesia termasuk di kota makassar selama beberapa pekan terakhir ini menyebabkan banjir yang makin meluas di beberapa titik yang memang rawan terhadap banjir. Dampak banjir bukan hanya menyebabkan kerugian harta tetapi juga membawa bibit penyakit. Pada kenyataannya, baik langsung maupun tidak langsung, pergantian musim kemarau ke musim hujan (pancaroba) berdampak pada kesehatan. Berbagai penyakit bisa muncul di pergantian musim ini yang mustinya masyarakat waspadai.. Penyakit yang bisa muncul di musim pancaroba sekarang ini bisa berupa demam Berdarah,diare, Leptospirosis, ataupun ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Penyakit-penyakit yang kerap kali menjangkit di musim hujan itu perlu diketahui oleh masyarakat baik ciri, atau gejala penyakit itu, bahaya yang ditimbulkan, pencegahan dan cara penanggulangannya. Diare. Perilaku kebersihan dan sanitasi yang buruk menjadi penyebab penyakit diare. Selain air yang terkontaminasi, kebiasaan buruk seperti tidak mencuci tangan menggunakan sabun membuat kuman mudah masuk ke tubuh manusia. Masyarakat di kota besar seperti makasasar belum memiliki sarana sanitasi yang baik sehingga jika musim hujan tiba kotoran dan bibit penyakit yang ada di tanah akan terbawa oleh air hujan masuk ke dalam sumur penduduk. Influenza. Anak-anak berusia balita merupakan golongan yang paling rentan terkena influenza. Masa inkubasi-waktu dari paparan virus sampai timbul gejala- influenza sangat cepat, hanya tiga sampai tujuh hari. Gejalanya berupa nyeri kepala, demam, menggigil, nyeri otot, lemas, hingga kejang. Peningkatan suhu badan dapat terjadi dalam 12-24 jam. Dapat juga muncul bersin dan batuk tidak berdahak. Faktor pemicunya antara lain udara dingin dan turunnya kekebalan tubuh, terutama pada bayi di bawah satu tahun dan orang usia lanjut. Bila terserang influenza, mereka berisiko terkena ISPA, termasuk radang paru. Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain menghindari hujan-hujanan, menghindari kontak dengan penderita serta menjaga daya tahan tubuh. Leptospirosis Penyakit yang termasuk penyakit mematikan ini disebabkan oleh bakteri leptospira berbentuk spiral yang menyerang hewan dan manusia. Penularan penyakit ini bisa melalui tikus, babi, sapi, kambing, kuda, anjing, serangga, burung, landak, kelelawar dan tupai. Namun diduga penularannya lebih banyak melalui air kencing tikus, meski tidak semua tikus mengandung bakteri tersebut. Gejala awal yang perlu dicurigai antara lain, demam tinggi, nyeri otot di betis, serta pusing-pusing. Jika tidak ditangani segera, pasien yang terkena bakteri leptospira ini bisa terkena gagal ginjal serta penyakit kuning. Demam Berdarah. Meski wabah penyakit ini selalu muncul berulang setiap tahunnya, namun tetap saja banyak orang yang terkena, bahkan hingga meninggal dunia. Virus yang berasal dari gigitan nyamuk Aedes aegypti memang tidak bisa dianggap remeh, empat-lima hari pasca gigitan, gejala demam berdarah sudah muncul. Gejala awal penyakit ini mirip dengan flu. Biasanya dimulai dengan panas tinggi selama 2 sampai 7 hari, diikuti dengan badan lesu dan lemah, tidak nafsu makan, nyeri pada ulu hati, mual dan muntah. Kadang disertai dengan mencret dan nyeri otot. Tampak bintik-bintik merah pada kulit. Bila sudah parah, penderita gelisah. Tangan dan kakinya dingin dan berkeringat. Pencegahan penyakit ini bisa dilakukan dengan membasmi nyamuk dengan obat semprot, memakai kelambu saat tidur serta memutus rantai perkembangbiakan nyamuk dengan cara 3M (menguras, menutup dan mengubur). Bagaimana masyarakat harus menyikapi semua hal di atas? Untuk meminimalkan dampak kesehatan di atas, diperlukan partisipasi aktif masyarakat. Beberapa hal yang perlu dilakukan adalah meningkatkan kebersihan perorangan dan anggota keluarga masing-masing, seperti mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan minum dan memasak air yang akan dikonsumsi. Selain itu, memperhatikan jajanan, terutama yang dijajakan keliling untuk anak-anak. menghindari daerah yang berdebu, terutama tempat bermain anak-anak merupakan tindakan yang cukup efektif.selain itu meningkatkan daya tahan tubuh seperti mengonsumsi makanan yang bergizi dan seimbang, banyak makan sayuran dan buah-buahan; serta secara rutin melakukan pembersihan sarang nyamuk(PSN). Selain masyarakat petugas kesehatanpun perlu meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat tentang perilaku hidup sehat. Selain itu, meningkatkan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat dengan mempersiapkan kebutuhan logistik dan obat-obatan yang cukup. Mencermati kasus-kasus dengan gejala panas, terutama kasus yang berasal dari satu daerah yang sama, misalnya dari RT yang sama, dari sekolah yang sama, atau dari keluarga yang sama. Di samping itu, petugas kesehatan mustinya sering turun ke lapangan untuk mengumpulkan informasi terkait dengan masalah kesehatan dan segera mengambil langkah antisipasi dengan melibatkan masyarakat setempat. Pada situasi pancaroba ini Departemen Kesehatan semestinya berkoordinasi dengan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) untuk memonitor perkembangan tentang cuaca termasuk curah hujan. Selain itu, memastikan kepada seluruh jajaran kesehatan, baik di Unit Pelaksana Teknis (UPT) maupun Dinas Kesehatan Provinsi di seluruh Indonesia, tentang kesiapsiagaan menghadapi masalah kesehatan yang muncul akibat pancaroba. Depkes juga menyiapkan Tim Gerak Cepat di seluruh wilayah Indonesia, baik di tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten/kota, dan meningkatkan kesiapan Posko Bencana diseluruh wilayah regional. Karena dampak buruk hujan bagi kesehatan, sungguh masuk akal jika di masyarakat kita berkembang pepatah sangat terkenal yang berbunyi "sedia payung sebelum hujan". Dalam arti yang luas, pepatah ini sebenarnya juga mengingatkan kita semua agar lebih preventif menghadapi kondisi yang mungkin muncul suatu saat dan tanpa di duga-duga dimusim hujan ini. Dengan persiapan matang seperti inilah keluarga kita akan terjaga dari seranan penyakit dimusim hujan ini. BY.abdul

Jumat, 19 Desember 2008

UU BHP bukan momok bagi mahasiswa

UU BHP BUKAN MOMOK BAGI MAHASISWA Ada pertanyaan yang selalu menggelitik di pikiran orang-orang awam seperti saya. Sebenarnya apa dan bagaimana isi dari UU BHP sehingga mendapat tantangan yang begitu keras oleh rekan-rekan mahasiswa namun di pihak lain didukung oleh pemerintah (dan mungkin juga birokrasi kampus) di pihak lain. Rancangan Undang Undang (RUU) Badan Hukum Pendidikan (BHP) akhirnya disahkan menjadi UU dalam Paripurna DPR-RI pada tanggal 17 desember 2008 yang tentunya di warnai aksi demonstrasi mahasiswa Univeritas Indonesia dan beberapa mahasiswa di daerah lain termasuk di Makassar (mahasiswa Unhas) yang menolak disahkannya UU. Bagi mereka yang kontra dengan UU BHP mereka khawatir kalau undang-undang baru ini akan membuat biaya pendidikan semakin mahal dan tidak terakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Padahal mustinya kita sebagai mahasiswa yang nota bede akan bersinggungan langsung dengan kebijakan itu mustinya dengan pikiran jernih membaca dan menkaji dulu draf terakhir yang disepakati pada 10 Desember 2008 seperti dalam Pasal 4 ayat 1 yang menjadi pangkal persoalan. Pasal tersebut berbunyi “Dalam pengelolaan dana secara mandiri, BHP didasarkan pada prinsip nirlaba, yaitu prinsip kegiatan yang tujuan utamanya bukan mencari sisa lebih, sehingga apabila timbul sisa lebih hasil usaha dari kegiatan BHP,maka seluruh sisa lebih hasil kegiatan tersebut harus ditanamkan kembali ke dalam BHP untuk meningkatkan kapasitas dan/atau mutu layanan pendidikan.” Rancangan Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP) di atas bagi kelompok yang kontra menilai melanggar Undang-Undang Dasar 1945 karena di anggap tidak menyediakan pendidikan gratis yang bisa diakses oleh seluruh rakyat, terutama bagi golongan miskin. Banyak pula yang mengatakan bahwa dalam RUU BHP, pemerintah hanya campur dalam manajerial, tetapi terkesan lepas tangan untuk pendanaan. Pemerintah dianggap tidak memberikan kesempatan kepada siswa miskin untuk belajar di yayasan swasta sehingga undang-undang tersebut juga berpengaruh pada kualitas hubungan murid-guru yang nantinya tereduksi menjadi hubungan konsumen dan penyedia jasa belaka. Padahal pada Pasal 40, Pasal 41, dan Pasal 46 RUU BHP telah menegaskan bahwa mahasiswa membayar biaya pendidikan tidak boleh lebih dari sepertiga dari biaya operasional.Tetap 20 Persen Meski krisis keuangan dunia berimbas ke perekonomian nasional, pemerintah berkomitmen untuk tetap menggelontorkan alokasi 20 persen untuk pendidikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2009. Di dalamnya ada alokasi untuk menyejahterakan para guru. Hal tersebut pernah ditegaskan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Peringatan Puncak Hari Guru Nasional 2008 dan HUT PGRI ke-63 di Senayan. Presiden mengatakan bahwa mulai tahun depan sektor pendidikan akan menerima alokasi anggaran yang cukup besar yang di dalamnya terdapat alokasi untuk kesejahteraan guru. Perlu dimengerti bahwa RUU BHP tidak mengaburkan peran negara dalam hal pendanaan pendidikan. Pada tingkat perguruan tinggi masyarakat miskin tidak semakin sulit mengakses karena alasan biaya pendidikan yang semakin mahal. Dalam draf terbaru disebutkan bahwa khusus pendidikan di sekolah-sekolah negeri, negara menjamin dua per tiga dana untuk biaya pendidikan, sedangkan dari siswa atau mahasiswa hanya menanggung sepertiga. Ketakutan lainnya yang mengemuka mengatakan bahwa pemerintah hanya membantu pendanaan untuk sekolah negeri, sekolah swasta tidak ditanggung. Jika hal ini terjadi, maka hak anak Indonesia untuk masa depan menjadi terancam. Pemerintah benar-benar tidak memberikan kesempatan kepada siswa miskin di yayasan swasta. Selain membatasi rakyat miskin untuk mengakses pendidikan, juga menunjukkan pemerintah melupakan nilai sejarah Indonesia. Semua ketakutan-letakutan ini hanyalah bentuk ketakutan yang masih belum bisa dibuktikan. Ini karena pengesahan UU BHP bukan berarti pemerintah meninggalkan tanggung jawabnya yang diamanatkan konstitusi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Karena UU itu diatur bahwa peserta didik diwajibkan membayar 1/3 dari biaya operasional yang seharusnya ditanggung oleh institusi pendidikan. UU BHP pada implementasinya memicu persaingan tinggi di antara lembaga pendidikan. Penolakan terhadap BHP menurut penulis akibat belum dipahaminya semangat dan substansi pasal demi pasal UU BHP. Jika kita mengacu pada UU BHP seharusnya biaya semakin murah, karena ada batasan pungutan kepada masyarakat yaitu paling banyak sekitar 33 persen biaya operasional. Dengan ini sebuah perguruan tinggi justru akan menjadi mandiri mencari sumber dana dan tak hanya mengandalkan subsidi pemerintah. Untuk itu, alangkah bijaknya jika kita melihat pengesahan UU BHP bukan sebagai kado buruk pendidikan tetapi merupakan momen yang sangat tepat untuk merangsang dan mendorong kita untuk bangun dari keterlenaan selama ini. by: hai_boy80@yahoo.co.id

Jumat, 12 Desember 2008

FENOMEN BULLYING DAN KECERDASAN EMOSIONAL

Pada suatu sore seorang rekan yang sementara menempuh pendidikan di sebuah sekolah tinggi kesehatan datang ketempat saya. Rekan saya itu bermaksud meminta komentar dan pendapat saya mengenai pengalaman yang dialaminya dikampusnya beberapa hari yang lalu. Sebagai rekan yang baik, saya mencoba menempatkan diri saya pada posisi “pendengar” yang efektif layaknya seorang konselor atau psikolog dengan kliennya. Rekan saya itu mulai menceritakan kronologis ketegangan yang dialaminya bersama rekan-rekannya yang lain. Lagi-lagi dosen vs mahasiswa dimana seorang dosen selalu berdiri pada posisi “Penguasa” dan “serba benar”. Dosen tersebut memperlihatkan sikap emosional didepan mahasiswanya karena kesalapahaman belaka. Dosen tersebut tetap ngotot memberikan kuliah praktek sementara para mahasiswa menolak dengan alasan bahwa jadwal hari itu adalah kuliah teori. Terlebih lagi para mahasiswa tidak memdapat pemberitahuan sebelumnya bahwa hari itu mereka ada ujian praktek. Sikap emosional oknum dosen semakin tidak terkendali dan kerap kali meledak meski hanya hal-hal sepele (tak perlu dikemukakan secara rinci). Setelah mendengar dan menyimak saya spontan bertanya kepada saya tersebut. Berapa umur dosen itu. Ternyata dugaan saya tidak salah. Menurut pengalaman pribadi saya kerap melihat oknum dosen yang memperlihatkan “emosi yang prematur” karena faktor umur yang memang masih labil dan gamang. Dosen tersebut (28 tahun) belum bisa menempatkan dirinya pada posisi sebagai layaknya seorang dosen yang secara hirarki berbeda dengan mahasiswa-mahasiwanya.. Sifat-sifat kekanakannya masih begitu kental mungkin karena masih dalam fase peralihan dari remaja menuju fase dewasa awal. Terlebih lagi kalau ruang pergaulan oknum dosen tersebut masih secara aktif terlibat secara fisik dan emosional dengan orang-orang yang seumuran dengan para mahasiswanya itu. Pengalaman yang dialami oleh rekan saya itu tak jauh beda dengan apa yang saya alami di kampus sendiri. Ada seorang oknum dosen muda yang secara intelektual cukup handal. Hal ini bisa dilihat dengan titel S2 yang diperoleh dari luar negeri. Tak jarang setiap saya ingin melakukan bimbingan akademik ataupun skripsi perlakuan yang tak mengenakkan sering saya alami. Sikap yang tidak ramah, membuang muka setiap bertatap muka, sok dewasa, anti dengan kritik dan masukan, dan tidak memahami pentingnya hubungan harmonis antara dosen dan mahasiswa. Semua pengalaman ini saya alami sendiri. Terkait hubungan antara mahasiswa dan dosen dapat dilihat Fakta dilapangan yangmenunjukkan bahwa dalam beberapa semester berlalu hampir 40% mahasiswa tidak mengenal dosen PA-nya, dan hampir 100% dosen tidak mengenal semua mahasiswa bimbingannya berkaitan dengan kedudukannya sebagai dosen PA. Mengapa hal ini terjadi? Dugaan sebagai jawaban sementara adalah bahwa mahasiswa tidak memiliki motivasi yang kuat untuk mengenal dosen PA-nya. Dosen PA kurang memahami tanggung jawabnya sebagai dosen PA, sehingga kurang memberikan perhatian yang serius terhadap tugas-tugas seorang dosen PA. Mengapa ini terjadi? Prediksi jawabannya adalah bahwa mahasiswa tidak memahami tugas dan tanggung jawab dosen PA-nya yang sesungguhnya menjadi haknya untuk dia dapatkan. Mengapa ini terjadi? Lagi-lagi prediksi jawabannya adalah kegagalan sosialisasi peraturan akademik dan kemahasiswaan, baik bagi dosen, maupun bagi mahasiswa yang menurut saya adalah cikal bakal utama timbulnya kasus bullying Ternyata kalau kita mau jujur mengakui bahwa fenomena bullying ternyata bisa terjadi dimana dan kapan saja. Beberapa waktu yang lalu perhatian kita tersedot pada kasus bullying di televise dengan gank nero sebagai pemeran utamanya. Perilaku agresif dari seseorang yang disengaja dan berulang untuk menyerang target atau korban, yang secara khusus adalah seseorang yang lemah, mudah diejek dan tidak bisa membela diri merupakan tindakan bullying. Terlepas apakah tindakan oknum dosen dalam interaksi dengan mahasiswa merupakan tindakan yang bisa di kategorikan bullying atau tidak dapat dilihat dari pengklafisikasian bullying itu sendiri. Ada 5 kategori perilaku bullying tersebut,yaitu: 1.Kontak Fisik Langsung.Perilaku yang termasuk dalam kategori ini adalah memukul, mendorong, menggigit, menjambak, menendang, mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar, juga termasuk memeras dan merusak barang-barang yang dimiliki orang lain. 2.Kontak Verbal Langsung. Perilaku yang termasuk dalam kategori ini adalah seperti mengancam, mempermalukan, merendahkan, mengganggu, memberi panggilan nama (name-calling), sarkasme, merendahkan (put-downs), mencela/mengejek, mengintimidasi, memaki, menyebarkan gosip. 3.Perilaku non-verbal langsung. Perilaku yang termasuk dalam kategori ini adalah seperti melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, atau mengancam; biasanya disertai oleh bullying fisik atau verbal. 4. Perilaku non-verbal tidaklangsung. Perilaku yang termasuk dalam kategori ini adalah seperti mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan, mengirimkan surat kaleng. 5. Pelecehan seksual. Perilaku yang termasuk dalam kategori ini adalah perilaku-perilaku yang dapat dikategorikan sebagai perilaku agresi fisik dan bisa juga verbal. Selalu muncul pertanyaan dalam benak kita. Sebenarnya mengapa tindakan tersebut kerap terjadi dan apa dampak yang paling besar yang bisa dirasakan oleh pihak penderita dalam hal ini mahasiswa sebagai anak didik. Yang pasti dampak secara fisik dan psikologi pastilah sangat membekas di hati para anak didik itu sendiri. Bullying mungkin merupakan bentuk agresivitas yang memiliki akibat paling negatif bagi korbannya (anak didik/mahasiswa). Hal tersebut disebabkan karena dalam peristiwa bullying terjadi ketidakseimbangan kekuasaan dimana para pelaku (pendidik/dosen) memiliki kekuasaan yang lebih besar sehingga korban merasa tidak berdaya untuk melawan mereka. Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa korban bullying akan cenderung mengalami berbagai macam gangguan yang meliputi kesejahteraan psikologis yang rendah (low psychological well-being), penyesuaian sosial yang buruk, gangguan psikologis, dan kesehatan yang memburuk (Rigby, dalam Riauskina, Djuwita, dan Soesetio, 2005). Korban bullying juga bisa mengalami penyesuaian sosial yang buruk sehingga ia terlihat seperti membenci lingkungan sosialnya, enggan ke sekolah, selalu merasa kesepian, dan sering membolos sekolah. Apabila kita melihat lebih jauh lagi maka korban bullying juga dapat memancing timbulnya gangguan psikologis rasa cemas berlebihan, selalu merasa takut, depresi, ingin bunuh diri, dan gejala-gejala gangguan stres pasca-trauma (post-traumatic stress disorder). Bullying ternyata tidak hanya menimbulkan dampak negatif dalam segi psikologis, namun juga dari segi fisik. Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (2005) menyebutkan bahwa salah satu dampak dari bullying yang jelas terlihat adalah kesehatan fisik. Beberapa dampak fisik yang biasanya ditimbulkan bullying adalah sakit kepala, sakit tenggorokan, flu, batuk, bibir pecah-pecah, dan sakit dada. Bagi para korban bullying yang mengalami perilaku agresif langsung juga mungkin mengalamin luka-luka pada fisik mereka. Melihat fenomena yang terkesan diabaian ini, masihkan kita membiarkan karakter-karakter para anak didik menjadi rapuh karena ketidak matangan psikologi dan kejiwaan seorang pendidik sebagai suatu bentuk kecerdasan emosional yang masih perlu diasah. Semuanya kini kembali kepada kita semua.

Selasa, 09 Desember 2008

CALEG TRANSGENDER.

Pasal 57 dan 58 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum secara tegas menyebutkan bahwa partai peserta Pemilihan Umum (Pemilu) harus memenuhi sekurang-kurangnya 30 persen keterwakilan perempuan dalam mengajukan calon anggota legislatif (caleg) kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU). Penerapan kuota 30 persen ini bukannya tak menimbulkan pro dan kontra. Ada yang berkata itu baik bagi perempuan, sebaliknya ada pula yang menganggap kuota sebagai bentuk pembatasan bagi perempuan. Padahal, jika dicermati secara kritis, penerapan kuota itu sebagai affirmative action juga masih setengah hati. Kita bias melihat fakta dilapangan bahwa penerapan kuota tersebut tidak secara signifkan berpihak kepada kaum perempuan. Apakah karena factor perempuannya yang tak bisa menggunakan peluang yang ada atau karena faktor yang lain. Sungguh, melihat fakta tersebut kita akan menuju pada satu kesimpulan yang sama kalau hal itu adalah suatu hal yang Kontra produktif . Ada kesalahan terbesar yang nampak dalam sistem berbasis gender atau tanggap gender yang salah dalam memandang suatu masalah. Masalah perempuan tidak mungkin disikapi sebagai masalah berbau gender semata. Ini adalah pangkal kesalahan nalar kita semua sebab setiap persoalan umat manusia apapun persoalannya menimpa perempuan atau laki-laki merupakan tanggung jawab seluruh manusia yang ada di bumi ini, baik perempuan atau laki-laki. Apapun persoalannya apakah masalah keterpurukan kaum perempuan, kemiskinan atau kekurangan pendidikan, seharusnya senantiasa di pandang dalam skala global. Tak heran dengan kesalahan memandang masalah secara individual dalam sistem yang menerapkan suara mayoritas menyebabkan sampai detik ini, penyelesaian persoalan perempuan menjadi tidak tuntas ke akar masalah. Selain belum tentu kuantitas di imbangi kualitas, bahkan yang terjadi justru banyak sekali pemasungan hak politik perempuan dalam sistem di atas. Inilah sebenarnya yang harus dipahami oleh para perempuan, bahwa sistem suara mayoritas adalah teori yang berbahaya terhadap keberlangsungan kebebasan individu. dengan penentuan suara mayoritas, maka yang dilihat hanyalah kuantitas perempuan yang bersuara, bukan kruasialnya sebuah masalah yang tengah dihadapi oleh perempuan itu sendiri. Contoh nyata yang bias kita lihat adalah saat kita dipinpin oleh presiden perempuan. Sebagai sebuah kedudukan politik yang stategis dan efektif seharusnya beliau mampu menyelesaikan masalah perempuan secara praktis. Ternyata, jangankan persoalan perempuan dapat terpecahkan, malah kebijakan yang dibuatnya seperti menaikkan harga BBM, TDL, dan sebagainya memberi andil semakin terpuruknya perempuan. Kaum perempuanlah yang merasakan dampak kenaikan tersebut secara langsung. Wajar dalam aksi demo menentang kebijakan ini, nampak beribu perempuan tetap mengugat kebijakan sesama perempuan tersebut. Sudah semestinya jika suatu perjuangan bukanlah gerakan eksklusif atas nama gender. Karena ketika terjadi penekanan perjuangan perempuan mandiri berarti kita sudah mengadakan pengkotak-kotakan. Misalnya saja dengan membeda-bedakan ini adalah persoalan laki-laki, dan ini perempuan. Wajar jika akan terjadi banyak diskriminasi terhadap perempuan, karena perempuan hanya membaur dengan komunitas dan persoalan perempuan sendiri. Tentu ini beban yang sangat berat bagi perempuan untuk menyelesaikan persoalannya sendiri, padahal persoalan tersebut timbul bukan dari perbuatan perempuan. Pemahaman menyangkut kesetaraan dan keadilan gender, harus terus diluaskan, khususnya oleh kaum muda yang memiliki kapasitas untuk menjadi tulang punggung perubahan politik sekaligus elemen kunci perluasan kesadaran gender (gender mainstraiming) karena Gender mainstraiming tidak sekedar berupa kesetaraan formal di dunia politik, professional, maupun akademik. Dengan kekuatan yang sudah dimiliki oleh kaum trasgender dalam dunia politik, modal dan masyarakat tak ada salahnya kaum transgender itu terlibat langsung dalam mewakili suara masyarakat. Dengan eksistensi mereka dalam berbagai karya nyata yang dianggap sebagai kontribusi bagi kemajuan masyarakat hal tersebut bukanlah mimpi belaka. Karena sesungguhnya sebuah karya akan memperoleh penilaian obyektif di masyarakat manusia tidak lagi terpilah pilah, berdasarkan jenis kelaminnya atau berdasarkan orientasi seksualnya, sudah banyak contoh di republik tercinta ini. Kaum transgender juga memiliki kepedulian pada isue lain dengan melakukan komunikasi dan interaksi yang massif dengan masyarakat, terutama dengan menunjukkan kepedulian sosial pada kasus-kasus besar atau kecil yang dialami oleh masyarakat secara umum. Seorang transgender secara umum juga memiliki keluwesan dalam bergaul karena disadari bahwa modal sosial terletak di masyarakat, dalam memasok kesadaran baru kepada masyarakat. Kesimpulannya, masyarakat kini musti dengan hati terbuka untuk melihat dan memaknai semua fakta yang ada secara seimbang dan adil berdasarkan fakta bukan sekedar mitos dan stereotype belaka. Kuota 30 % perempuan bisa saja ditempati oleh orang-orang transgender. Masyarakat mustinya mulai menyadari bahwa teriakan aspirasi dan kebenaran tidak tersekat oleh perbedaan gender dan strata sosial kemasyarakatan belaka. Transgender dengan segala kelebihan dan kekurangannya di harapkan bisa menjawab permasalahan masyarakat yang selama ini hanya mengendap jadi perdebatan yang tidak berkesudahan. Tinggal menunggu secuil kepercayaan dari masyarakat sebagai pemilik suara dalam pemilihan calon legislative nanti.

Sabtu, 06 Desember 2008

MELAWAN HEGEMONI DENGAN FILM

Malam itu waktu telah menunjukkan pukul 18:30 wita. Sesuai jadwal yang tertera di undangan panitia, Semestinya film-film segera diputar. Ruangan terbuka di salah satu bagian gedung Bakti yang berisi kursi-kursi masih terlihat sepi oleh undangan. Hanya beberapa orang panitia yang tampak sibuk mempersiapkan acara nonton bareng malam itu. Termasuk seorang transgender yang siap-siap berdandan yang malam itu akan menjadi ikon acara nonton bareng yang digagas oleh komunitas sehati bekerja sama dengan Bakti. Tak berapa lama kemudian suasana menjadi semarak. Satu persatu undangan mulai berdatangan mengisi kursi-kursi yang telah dipersiapkan oleh pihak panitia. Selain dari komunitas sehati sendiri, tampak pula beberapa undangan dari lembaga advokasi perempuan. Film-film itupun satu persatu mulai ditayangkan melalui layer LCD. Dimalam pertama ada tiga film yakni film yang berjudul perempuan punya cerita, only god knows dan bend it. Film yang berjudul perempuan punya cerita menceritakan kisah empat perempuan dengan kisah dan problem berbeda. Kisah pulau yang menceritakan dilema yang dialami oleh seorang bidan yang mempertaruhkan profesinya kebidanannya antara kemanusiaan dan hukum pidana yang siap menjerat karena praktek aborsi yang dilakukannya pada seorang gadis idiot yang hamil karena pemerkosaan (kehamilan yang tak diinginkan dan beresiko tinggi). Kisah lain tentang seorang ibu yang anaknya dijual oleh sahabatnya sendiri (trafficking anak), ada pula kisah pergaulan bebas remaja dengan settting kota Jogjakarta yang terkenal sebagai kota pelajar. Dan terakhir adalah kisah seorang perempuan yang mengidap HIV/AIDS. Kisah-kisah yang mengangkat issue HAM, Perempuan & Trafficking serta HIV/AIDS tersebut benar-benar menggugah hati para penonton yang sempat datang malam itu. Film yang lain malam itu adalah only god knows dan bend it masih bertemakan kaum marjinal yakni fenomena lesbian. Pada malam kedua ada dua film yang sempat diputar yakni film dengan judul dua sisi dan film yang berjudul opera tikus got. Kali ini film yang berjudul dua sisi bertemakan sisi kehidupan kaum waria yang menyorot pada dua sisi yang benar-benar berbeda. Penonton diajak melihat secara dekat bagaimana kehidupan dan pola perilaku sehari-hari dari kaum komunitas bissu yang ada dikabupaten pangkep Sulsel. Sisi kehidupan waria yang tetap memperlihatkan sisi maskulin, mandiri, berwibawa dan mempunyai peranan yang cukup urgen dalam strata kehidupan masyarakat. Disisi lain diperlihatkan corak dan warna kehidupan kaum waria ibukota yang berkecimpung dalam dunia gemerlap, dunia malam, yang selalu identik dengan kehidupan hura-hura. Benar-benar dua sisi yang sekilas terlihat bertolak belakang satu dengan lainnya. Satu hal yang pasti adalah adanya kesamaan antara kedua komunitas berbeda itu. Yakni kecenderungan berdandang layaknya perempuan dalam mempersiapakan diri menghadapi suatu event atau perayaan. Sementara itu film yang berjudul opera tikus got menceritakan potret kehidupan masyarakat bawah yang dekat dengan kemiskinan, kekumuhan, dan rawannya tindak diskriminasi yang berujung pada tindak pembunuhan dan pelecehan seksual. Dari nonton bareng itu tampak bahwa film ternyata bisa menghasilkan stereotipe yang kontribusinya cukup besar dalam upaya menghapus stigma dan diskriminasi terhadap kaum marjinal (LGBT), dari sini muncul suatu harapan adanya pemahaman yang baik akan kaum marjinal yang selama ini menjadi sosok terpinggirkan, selalu terlecehkan, dan dianggap sebagai perusak tatanan tradisi dan adat yang sudah baku. Fakta menunjukkan bahwa seringkali suatu stereotipe kerap lahir dari kalangan kelompok dominan yang merupakan citra yang kaku dan baku dimana masyarakat hanya menerima dan mengaggap bahwa itulah yang benar. Tak salah kiranya bila komunitas sehati memanfaatkan media film sebagai alat ideologis melawan stereotype media yang selama ini didominasi oleh kaum dominan. Dengan filmlah ideologi “kemapanan” yang selama ini disangka alami terlihat kalau itu hanyalah hasil hegemoni yang dikontruksi oleh masyarakat.

Jumat, 05 Desember 2008

MENYERAP NILAI-NILAI POSITIF DARI IBADAH KURBAN DALAM KEHIDUPAN AKADEMIK

Hari senin lusa menjadi momen yang sangat istimewa khususnya buat kaum muslimin. Perayaan idul adha yang selalu identik dengan pemotongan binatang kurban. Penggunaan istilah ibadah kurban atau idul kurban menjadi menarik karena istilah ini hanya digunakan di Indonesia saja. Istilah agama yang baku adalah Idul Adha atau ibadah udhiyyah. Kata kurban (atau korban) adalah kata serapan dari bahasa Arab yang ketika diadaptasi ke bahasa Indonesia kurang lebih memiliki arti “rela atau bersedia melakukan sesuatu tanpa pamrih apapun.” Secara harfiyah, kata kurban berasal dari kata qaraba-yaqrubu-qurbaanan, yang artinya dekat atau mendekatkan diri. Orang yang berkurban adalah orang yang ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT sekaligus mendekatkan dirinya kepada sesama. Ritual luarnya memang hewan kurban, namun kandungan isinya ialah ketakwaan keteladanan yang menjadi hakekat dari ibadah kurban. Iedul Qurban, adalah satu dari sekian ibadah yang menguji sekaligus mendidik semangat pengorbanan dan semangat pembebasan kepada kita. Takut kehilangan, itulah sifat yang menghalangi seseorang untuk berbuat baik dan yang mendorong kita untuk berbuat jahat. Sejarah telah mencatat, ketakutan akan kehilangan yang berulang-ulang telah menyebabkan berbagai tragedi kemanusiaan, dan akan lebih mengerikan jika sifat tersebut menjangkiti para mahasiswa yang kelak diharapkan menjadi pemimpin dalam lingkungannya, baik secara individu maupun kolektif. Ketidakakraban kita sebagai mahasiswa dengan nilai-nilai agama dewasa ini mendorong lahirnya humanisme sekuler dan pandangan hidup yang hedonis materialistik. Pemutlakan nilai-nilai kebenaran, dan kepentingan versi manusia serta penisbian terhadap agama menjadi bagian dari paham dan pandangan tersebut.. Absolutisme ini acapkali diterapkan dalam praksis kehidupan akademik bahkan sampai social,ekonomi,politik dan sebagainya. Takwa atau ketakwaan itu bukanlah nilai yang pasif dan doktriner, tetapi dinamis dan fungsional. Artinya, ketika seorang merasa diri bertakwa maka ketakwaan itu haruslah aktual atau ditransformasikan dalam kehidupan akademik sehingga melahirkan nilai lebih dan kemanfaatan yang bersifat mencerahkan kehidupan. Kampus, identik dengan kehidupan akademik. Kehidupan mahasiswa yang beragam dan unik, serta dalam setiap langkahnya pasti membawa cerita yang berbeda. Ada beragam sisi yang bisa kita lihat, sisi yang mampu membawa setiap insan mahasiswa yang terlibat di dalamnya untuk bercengkrama, berdiskusi, berpolitik kampus, ataupun hanya sekedar datang dan pulang tanpa membawa kesan. Mahasiswa sebagai simbol masyarakat akademik pada suatu perguruan tinggi senantiasa menjadi tolok ukur penilaian bagi stakeholder terhadap kualitas diri dan almamaternya. Kualitas dirinya menjadi refleksi bagi kualitas alamamaternya. Oleh karena itu, mahasiswa senantiasa dituntut kemampuannya untuk menampilkan kompetensi dirinya ke arah pencapaian visi almamaternya meski harapan tersebut tidaklah begitu mudah untuk dicapai karena mahasiswa sebagai pribadi hanyalah salah satu dari sejumlah komponen. Salah satu tanggung jawab mahasiswa adalah menjaga martabat diri dan almamaternya aktivitas akademik dan non akademik dengan bersungguh-sunguh menurut peraturan akademik dan kemahasiswaan yang ditetapkan oleh alamaternya. Sejatinya, makna ibadah qurban adalah kerelaan untuk berbagi nikmat dengan sesama melalui hewan yang disembelih dengan tujuan untuk meningkatkan kedekatan sosio-psikologis dengan sesama mahasiswa, dosen dan perangkat akademik yang lain terlebih lagi kedekatan vertikal dengan pencipta.. Dengan demikian, mahasiswa diharapkan dapat mencapai kualitas diri yang prima, baik untuk kepentingan diri dan keluarganya, ilmu pengetahuan, alamamaternya, masyarakat, bangsa, maupun untuk kepentingan negaranya Jelas sekali bahwa mahasiswa berhubungan erat sekali dengan keteladanan. Akhirnya, proses penyerapan nilai-nilai positif kurban penting bagi penegasan fungsi dan peranan mahasiswa sebagai simbol masyarakat akademik pada suatu perguruan tinggi

Jumat, 28 November 2008

Memahasiswakan mahasiswa dalam upaya pencegahan hiv/aids

Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sulawesi Selatan Anwar M Diah pernah pernah mengatakan bahwa ada 5000 orang tertular virus HIV/AIDS setiap hari. Dari hasil survei Komisi Perlindungan AIDS (KPA) nasional, rata-rata 5.000 orang sehat tertular virus HIV setiap hari. Rata-rata yang tertular virus HIV sesuai data KPA nasional itu adalah usia produktif antara 15-24 tahun. Sementara dari total 5000 yang tertular setiap hari itu, sekitar 1.400 usia 0-5 tahun. Kondisi tersebut sangat memprihatinkan karena fenomena yang muncul ke permukaan itu bagian dari fenomena gunung es. Artinya, dari data yang ada maka yang belum terdeteksi masih ada sepuluh kali lipat dari jumlah yang ada. Kampanye AIDS Sedunia kali inimengumumkan bahwa “kepemimpinan” menjadi tema Hari AIDS Sedunia untuk tahun 2008. Dipromosikan dengan slogan, “Stop AIDS. Tepati Janji”, yang merupakan fokus Kampanye AIDS Sedunia dari tahun 2005-2010, “kepemimpinan” membangun dari fokus Hari AIDS Sedunia 2006 tentang akuntabilitas. Hari AIDS Sedunia dirayakan pada tanggal 1 Desember setiap tahunnya. Kepemimpinan dapat berarti kekuasaan dan otoritas untuk bertindak, untuk memimpin dengan aksi dan contoh. Dengan mengangkat tema global kepemimpinan untuk Hari AIDS Sedunia,mahasiswa membantu menyuarakan sebuah visi, membangun kerjasama dan aksi nyata dengan bersatu dengan semua orang dan berkomitmen untuk mencapai akses universal untuk pencegahan, pengobatan dan perawatan HIV.” Mahasiswa sebagai komunitas intektual memiliki semangat menuju kemandirian, Secara moralitas mahasiswa mampu bersikap dan bertindak lebih baik dari yang lainnya karena mereka mempunyai latar belakang sebagai kaum intelektual, dimana mereka mengatakan yang benar itu adalah benar dengan penuh kejujuran, keberanian, dan rendah hati. Mahasiswa juga dituntut untuk peka terhadap lingkungan sekitarnya dan terbuka kepada siapa saja. Termasuk pada persoalan HIV/AIDS yang kadang masih menjadi polemik dan banyak menyimpan pro dan kontra dalam masyarakat awam. Untuk itu mahasiswa dengan segala kelebihan memiliki peranan penting dalam upaya pencegahan HIV/AIDS. Ada lima hal yang melatarbelakangi penyebab tumbuhnya kepekaan mahasiswa terhadap berbagai persoalan termasuk kepekaan mengenai HIV/AIDS, yaitu : Pertama, mahasiswa sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik memiliki persepektif atau pandangan yang cukup luas untuk dapat bergerak di semua lapisan masyarakat. Kedua, mahasiswa sebagai golongan yang cukup lama bergelut dengan dunia akademis dan telah mengalami proses sosialisasi terpanjang di antara generasi muda. Ketiga, kehidupan kampus membentuk gaya hidup unik di kalangan mahasiswa, Keempat, mahasiswa sebagai golongan yang akan memasuki berbagai lapisan stara. Kelima, mahasiswa rentan terlibat dalam pemikiran, perbincangan, dan penelitian. Orang muda adalah kelompok yang paling rentang terkena HIV/AIDS namun mereka juga memiliki peran penting dalam penanggulangan pandemi ini. Kepemimpinan muda penting dalam respon internasional yang efektif terhadap HIV/AIDS dan orang muda harus diberdayakan dengan pengetahuan, keterampilan dan sumberdaya yang mereka butuhkan untuk mencapai tujuan akses universal2010. semua ini pastilah bisa di wujudkan oleh yang namanya mahasiswa.

Selasa, 25 November 2008

ANARKISME MAHASISWA MAKASSAR

Sebuah pertanyaan bernada klise selalu tampil ketika terjadi aksi anarkis mahasiswa khususnya mahasiswa Makassar. Apa yang menyebabkan mahasiswa begitu bringas dan selalu melakukan keonaran, tawuran, dan tindak kekerasan? Apakah tidak terlalu berlebihan apabila bentuk solidaritas dan kesetiakawanan terhadap rekan sesama mahasiswa justru melahirkan masalah baru dan besar? Seperti contoh kasus yang terjadi di kampus Unismuh Makassar beberapa waktu yang lalu. Mahasiswa bentrok dengan aparat kepolisian hanya karena mahasiswa menilai bahwa salah seorang rekan mereka murni terkena peluru milik salah seorang oknum anggota polri. Kita barangkali sudah jenuh dan bahkan muak bila melihat, mendengar, dan membaca di media-media tentang aksi anarkis mahasiswa khususnya di Makassar yang kian sering terjadi dan amat memprihatinkan itu. Sebagian orang menilai aksi anarkis mahasiswa dari sudut pandang psikologi perkembangan bahwa itu semua terjadi karena luapan gejolak jiwa muda yang masih dalam proses pencarian identitas diri. Sebagian lagi melihatnya sebagai ekses dari revolusi komunikasi (informasi) dan dampak globalisasi. Namun, ketika aksi mahasiswa itu telah mengganggu ketertiban umum seperti memacetkan arus lalu lintas, membajak kendaraan yang kebetulan lewat di depan kampus mereka, merusak fasilitas umum maka gejala ini sudah memasuki wilayah umum (kriminalitas), anomi massa dan religiositas. Aksi mahasiswa UIN Makassar sebagai bentuk solidaritas atas aksi rekan mereka dari mahasiswa Unismuh menjadi contoh nyata. Tindakan mahasiswa menutup akses jalan di depan kampus telah menimbulkan kesalahpahaman dengan iring-iringan pengantar jenasah yang berakhir ricuh. Berbagai argumen sosiologi dan psikologi selalu dikedepankan tetapi fenomena ini seakan tidak pernah surut. Dalam pandangan psikologi perkembangan mengatakan bahwa usia tingkat mahasiswa dianggap wajar sebagai proses pencarian identitas. Tetapi pendekatan ini tidak memadai karena mengabaikan factor-faktor sosiologis yang memungkinkan mereka belajar dari setiap peristiwa yang ada. Dalam perkembangannya, mahasiswa memiliki tipe yang berbeda. Ada mahasiswa yang tidak sadar dengan ketidakmampuannya (unconsciously incompetent), ada mahasiswa yang sadar akan ketidak mampuannya (consciously incompetent), ada mahasiswa yang sadar akan kemampuannya (consciously competence), dan mahasiswa yang tidak sadar akan kemampuannya (unconsciously competence). Dalam kaitan ini ada dua ciri utama dari mahasiswa Makassar yang sering terlibat aksi anarkis selama ini. Pertama, mereka umumnya berasal dari komunitas marjinal. Baik aspek latar belakang ekonomi keluarga, asal institusi, maupun interaksi antara mahasiswa dan pihak birokrasi di kampus mereka. Dengan kata lain aksi anarkis jarang dilakukan oleh mahasiswa dari perguruan tinggi elite atau mahasiswa yang memiliki prestasi akademik dan perguruan tinggi yang memiliki suasana kampus yang mendukung. Kedua, aksi anarkis mahasiswa selalu menunjukkan gejala pengelompokan massa dengan agesivitas yang progresif. Kondisi ini boleh jadi karena faktor jiwa muda yang ingin menunjukkan bahwa mereka lebih hebat dari yang lainnya. Menurut teori, agresifitas manusia muncul sebagai akibat kenyataan hidup yang selalu memperoleh tekanan dari kondisi sekitar. Sementara fenomena mahasiswa selalu ingin bebas dari tekanan dan penuh idealisme. Dan ini adalah pengalaman pribadi penulis sewaktu masih menempuh pendidikan disebuah universitas di Makassar. Betapa repotnya untuk berinteraksi secara kekeluargaan dengan dosen. Hubungan antara dosen dengan mahasiswa begitu kaku yang dipisahkan oleh sekat pembeda. Mahasiswa kadang malas untuk berinteraksi dengan dosen karena dosennya terkesan tidak familiar. Dosen selalu sibuk dengan urusan diluar sehingga waktu untuk mahasiswa untuk konsultasi akademik teramat terbatas. Antonio gransci menyebut fenomena ini dengan block social (social block) yang membuat mereka tidak dapat berbuat banyak pada kenyataan hidup. Sosiolog A.H Halsey membuktikan bahwa ada korelasi positif antara latar belakang keluarga, keberhasilan pendidikan dan kondisi lingkungan keseharian. Sungguh ironis mengingat posisi mahasiswa sebagai calon-calon intelektual di masyarakat malah terjerumus dalam tindakan sesaat yang melibatkan kekuatan otot. Padahal mereka sesungguhnya mendapat tanggungjawab untuk menyelesaikan persoalan-persoalan bangsa yang kian kompleks. Muncul pertanyaan. Apa sebenarnya yang terjadi pada mahasiswa khususnya mahasiswa Makassar. Mengapa tindakan anarkis kerap terjadi. Apakah ada yang salah dengan model-medel pendidikan tinggi di Makassar? Ataukan mereka sudah apatis dengan predikat mereka dan menganggap bahwa status mahasiswa hanyalah sebuah jenjang pendidikan biasa. Terutama mengingat begitu membludaknya pengangguran intelektual yang ada dikota Makassar ini. Idealnya seorang mahasiwa mustinya menjadi mahasiwa yang sadar akan kemampuannya (consciously competent).

Selasa, 18 Maret 2008

napak tilas miss uniperes2007

23 mei 2007

Sebenarnya jauh sebelum itu saya sudah tahu akan adanya kontes miss uniperes. Tentu saja dari chanel chat #gim4mks. Tapi jujur, secara utuh informasi itu tak saya tahu. Dipikiran saya waktu itu kalau konsep miss uniperes adalah konsep yang diadaptasi dari kontes-kontes sejenis (miss universe, miss word, putri Indonesia, miss Indonesia, putri waria, dll) yang diperuntukkan buat anak-anak gim4mks. Berdasarkan itu semua dan sisa-sisa semangat pasca gagal peruntungan di lomba duta baca makassar (boleh juga sebagai epsresi kekecewaan saya pada lomba itu) maka sayapun mendaftar di ajang itu. Malam itu juga saya dan panitia pelaksana ketemu digerbang kampus UIN. Semangat panitia yang menerapkan system "jemput bola" membuatku salut dan kagum kepada kekompakan dan semangat mereka. Formulir yang disodorkan panitia sejenak kuperhatikan secara seksama. Kok seperti ini?

Kabut itu lambat laun tersingkap. Konsep yang kubayangkan ternyata beda dengan yang ditawarkan oleh panitia. Saya mulai bimbang untuk tetap maju atau mundur sampai disini saja. Berat dan aneh buat saya pribadi. Haruskah dan siapkah saya?! biarlah. Coba tak mengapa. Saya merasa tak enak hati dengan rombongan panitia yang telah meluangkan waktunya datang ditempat pertemuan itu. Formulir seharga 15.000 pun saya bayar sebagai tanda deal untuk maju dikontes unik itu.

4 juni 2007

Kafe indira. Disinilah technical meeating dan prosesi wawancara dilakukan. Tak banyak calon finalis yang hadir pada waktu itu dengan berbagai alasan. Masih kerja, masih didaerah dan berbagai alasan lainnya. Kalau tak salah ingat, Cuma enam orang peserta. Wawancara singkat seputar visi dan misi serta persiapan-persiapan apa yang perlu kami siapkan nantinya. Sore itu, wawancara direncencanakan dimulai pukul 3 sore. Namun acara molor sampai jam 5 sore. Yach, malam jam tujuh barulah kami semua bubar dari café itu. Disinilah untuk pertama kalinya aku kenal dengan juara sebelumnya. Ainun faisal jariah namanya. Pantas dia juara. 3 B yang dia miliki cukup pantas membuatnya merebut mahkota miss uniperes 2006. mahkota didalam bayangku kuharap bertengger diatas kepala ini. Sungguh, hari itu kekikukan pertama mulai menyergapku. Bagi saya ini adalah pengalaman baru dalam dunia yang teramat asing bagiku.

10 juni 2007

Hari minggu yang cerah. Sesuai dengan intruksi dari panita pelaksana maka jam sembilan pagi semua kontestan harus ada di lokasi pemotretan. Tepatnya di mirror studio yang tempatnya tak jauh dari café indira. Seperti biasa saya adalah orang yang paling pobia yang namanya terlambat. Beberapa menit sebelum jam sembilan pagi saya telah tiba diantar motor oleh kakak. Sepi dan lengah segera menyergapku. Sesaat saya hanya bengong tak tahu harus melakukan apa. Salah alamatkah saya?! Atau………aku yang kepagian datangnya. Akhirnya, saya menghubungi salah seorang panita untuk melakukan konvirmasi. Ternyata benar. Saya yan terlalu on time. Lama saya menunggu kapan datangnya panitia yang lain terlebih calon kontestan

Jora!!!!

Nama seorang panitia yang datang pertama kali. Dia ini ternyata miss pavorite 2005. keresahan dihatiku sesaat berkurang. Itu artinya aktifitas hari ini tetap berlangsung meski lagi-lagi akan molor hingga beberapa jam. Mungkin jam satu siang barulah pemotretan dimulai. Gila!!! Hari itu boleh dikata untuk pertama kalinya saya tampil nyentrik didepan orang lain. Saya harus menjadi orang lain dan melupakan sesaat pribadiku yang sebenarnya. Nirwana oretcabora jafar. Itulah sosok yang musti kuperankan meski lagi-lagi tak sesempurna seperti yang diharapkan. Gaun hitam setumit dengan dandangan yang super menor. Jadilah saya nirwana oretcabora jafar. Penampilan yang kaku dan malu-maluin harus berfose didepan kamera kameramen membuatku shock setengah mati. Rasa yang mungkin tak terlalu ngaruh pada kontestan lain yang sudah terbiasa dandan seperti itu. Pada sesi ini jumlah peserta lumayan banyak. Kalau tak salah ingat peserta yang sempat datang berjumlah sembilan orang. Yeyen, octa, marsyanda, bunga, fika, anggun, dan yang lainnya. Matahari mulai bersembunyi diufuk barat barulah acara pada hari itu kelar. Khusus pemotretan saja.

14 juni 2007

Sesuai jadwal, hari itu adalah sesi kunjungan kelokasi pelestarian alam. Dan bantimurung menjadi tujuan utama kami. Setelah merampungkan aktifitas pagiku sayapun menuju wartel jayanti yang menjadi tempat yang disepakati untuk kami berkumpul. Mulanya saya kira tlah terlambat lagi. Dan lagi-lagi hanya jora yang saya dapati ada disana. Rupanya tempat kumpul telah dipindahkan kesalon rara, beberapa puluh meter dari tempat smeula. Disana telah menunggu yeye, bunga dan octa. Tentu saja dengan penampilan yang menor layaknya seorang transeksual.

Entahlah. Mungkin begitulah Indonesia. Lagi-lagi waktu molor hingga beberapa jam dari waktu yang telah direncanakan. Kalau ngak salah jam satu siang barulah kami berangkat kelokasi tujuan. Duh, mengira kontestan harus dandan dulu membuatku dandan kilat tanpa bantuan sang ahli. Jadilah saya manusia jadi-jadian dengan rupa yang lucu. Hanya kostum dan muka yang berpoles menandakan saya seorang wanita dan yang lainnya masih cowok banget deh.

dipikiran saya, kami akan menggunakan bus pariwisata sebagai transport kebantimurung seperti yang dijanjikan pihak panitia. Ternyata tidak. Hanya oplet biru yang menjadi kendaraan kami kesana. Jadilah peserta ditambah beberapa orang panitia menjadi sate hidup diatas mobil biru itu. Perjalanan yang mengerikan. Aksi kebut-kebutan dan beberapa kesalahan teknis membuat tilang menjadi oleh-oleh kami semua. Duh, dah terlambat ditilang pula. Benar-benar sudah jatuh tertimpa tangga pula.

Belum hilang rasa mual tergunjang diatas mobil, tiba titempat tujuan saya dicekam rasa yang lain. Malu dan malu…..dan lagi-lagi malu. Dengan penampilan “manusia setengah dewa” sosok kami yang unik dan aneh menjadi tontonan gratis pengunjung yang begitu ramai saat itu. Duh, rasanya pengen pingsan aja. Biar ngak nanggung beban malu yang begitu wah dan wah lagi. Dengan langkah tertatih-tatih kutelusuri jalan didalam kawasan itu menuju tepian sungai terus kearah hulu. Ngak tahu lagi namanya apa. Yang pasti pengunjung lain hanya satu dua orang yang sampai ketempat itu.

Kegilaan demi kegilaan meski kulewati bersama finalis lainnya. Hari ini ada tiga agenda meski yang terwujud Cuma dua saja. Duh, bisa dibayangin gimana kekinya saya saat itu. Orang yang lalu lalang hanya tersenyum lucu memandangi kami. Bahkan nih ada yang sempat berkata kalau saya tuh mirip aktris latin. Sesi pemotretan profil tlah usai. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan sesi swimsuit. Heboh banget deh

Oh,yach. Fase casual penampilan saya makin ngejreng aja. Coba bayangin. Dengan menggunakan bh+ casual+ jeans+ wig kribo saya mesti bergaya layaknya model wanita benaran. Parahnya lagi make up yang luarbiasa itu hanya bisa membuatku berkedip-kedip ngak nyaman. Ngak biasa sih pakai gitu-gituan. Beda banget dengan finalis lainnya yang enjoy-enjoy saja.

Nah, lebih gila lagi pada sesi swimsuit. Gila…….banget!!!lekuk-lekuk tubuh kami terekspor begitu vulgar. Tentu saja bagian-bagian yang ‘tidak mencerminkan” sisi feminim harus ‘disimpan” dulu. Teringat pengalaman rekan-rekan dikontes miss universe yang sebenarnya, sayapun membawa kain tipis yang sengaja kulilitkan pada bagian yang paling sensitive. Ungtunglah pada sesi ini ngak lama-lama banget. Bisa dibayangin, kalau saya pingsan gara-gara rasa malu yang amat sangat. Oh, yach. Hampir lupa. Pada sesi casual tadi para peserta diambil profilnya. Siapa namanya, asal daerahnya.semua itu langsung direkam oleh handycam panitia. Nah, disana kami bebas bergaya sesuai dengan latar pilihan kami masing-masing.

22 juni 2007

Hari itu saya bangun lebih pagi dari hari-hari yang lain. Maklum,mobil angkot tetangga yang jalurnya melewati tempat karantina berangkat lebih pagi. Tak banyak barang yang saya bawah. Perlengkapan mandi dan pakaian ganti ala kadarnya. Itupun mubassir saja. Pakaian ganti ngak saya pakai pas ditempat karantina. Saya sedikit lupa jam berapa saya sampai ditempat karantina. Satu yang pasti saya dating lebih awal dari waktu yang dipatok oleh panitia. Fiuh, mataku hanya nanar memandangi mess dari gerbang yang masih tertutup. Risau dan gelisah pastinya. Dipikiran gue saat itu macam-macam. Kirain gue yang salah hari samapi pikiran buruk kalau –kalau kru panitia jam karetan semua. Pokoknya dongkol banget.

Waktu terus bergulir. Novel yang sengaja kubawah entah berapa kali gue baca sampai tamat. Bosan duduk ditempat satu sayapun pindah ketempat lain. Bahkan, sempat kebelet pipis. Ungtunglah guru TK berbaik hati mengizinkan saya numpang pipis sitempatnya. Kalau ngak bias kebayang deh kejadiannya. Lama menunggu ternyata benar-benar membosankan. Apalagi peserta maupun panitia ngak seorangpun yang kelihatan lubang hidungnya.

Mungkin waktu itu dah lewat dari jam sembilan pagi. Bermaksud mengusir suntuk, saya memilih jalan-jalan mengitari tempat itu. Ternyata benar. Pintu gerbang dari arah depan justru ada disisi yang berlawanan. Ternyata pintu gerbang yang tadi hanya bagian belakang saja. Harap-harap cemas saya bertanya pada satpam sekolah

“maaf, pak. Tempat karantina buat para peserta miss uniperes dimana yach?’ dengan sedikit keki gue bertanya pada petugas sekolah itu. Ungtunglah orang tersebut segera merespon dan nunjukin tempat yang kumaksud tadi. Fiuh, ternyata panitia baru beberapa orang. Kalau peserta barulah bunga, yeyen, dan keisya. Yang terakhir ini baru ketemu ditempat ini. Anaknya masih skul di smk. Masih pemalu bangt juga.dikit basa-basi lalu kembali asyik dengan novel ditanganku

Seremonial pembukaan mengawali perjumpaan itu. Dalam pembagian kamar ternyata saya sekamar dengan miss mannnuruki (yeyen) dan miss mariso (keisya). Dipandu oleh ino dan imam rangkaia acara dan peraturan karantina mulai dibacakan. Yach, ngak beda jauh dengan acara-acara resmi lainnya. Kesan santai tapi serius benar-benar terasa. Hari itu materi etika dan retorika dibawakan oleh harits dan jack. Yang pada akhirnya meski dipending karena waktu jumatan telah tiba. Tentunya kami semua berangkat kemesjid bersama.

Hari yang benar-benar bombastis. Beauty class yang dibawakan oleh joic cukup menarik juga. Ternyata sebarek artis nasional pernah diriasnya. Tersebutlah dewi Sandra, krisdayanti, raihanum dan bayak lagi. Tak terasa waktu terus bergulir. Sore mulai menjelang mengawali kelas koreografi. Duh, bayangin betapa kakunya saya waktu itu. Koreo yang apik dibawakan oleh andika benar-benar heboh dan berkesan. Tak terasa sampai magrib koreo terus dipelajari. Duh, benar-benar snagat berkesan.malam itu, saya kurang tahu pasti materi table manner yang dibawakan oleh ckiko. Tapi yang pasti waktu itu malam semakin larut saja. Kala panitia berkata bahwa teori yang disampaikan tadi akan langsung dipraktekkan kontang saya kaget setenegah hidup. Bayangin, betapa galaunya hati saya waktu itu. Bisa ngak saya makan ala barat? Biasanyakan Cuma pakai sendok dan garpu. Bahkan tak jarang dengan tangan kosong. Apalagi meski makan kentang, sayuran dan ayam. Menu super aneh buat saya.

Hu…….rasanya benar-benar memalukan. Saya kaku dan tak tahu harus bagaimana. Kelucuan dan kelucuan menemani seluruh kontestan. Miss tallo (marsyanda ayuanita) bikin ulah lagi. Pokoknya sampaikering gigi dibuatnya. Sungguh, moga aku tak ketemu lagi dengan konsep makan ala barat lagi. Ngak puas gitu

Jam 21.00 diadain pemutaran video miss uniperes tahun sebelumnya. Pokoknya sekilas missuniperes mulai diperlihatkan. Cantik dan apik. Itu kesan saya dengan penampilan orang-orang didalam gambar itu. Saying materi terakhir harus mulai. Materi yang bawakan oleh alfa. Jujur, materinya lumayan menarik. Tapi cara membawakannya masih kurang streg dihati. Apa karena saya sering ketemu dengan pemateri-pemateri sejenis dari unm? Entahlah. Yang pasti beda aja rasanya.

Beberapa peserta sempat curhat. Termasuk saya sendiri. Larut malam barulah rangkaian acara usai malam itu. Segera kami semua masuk kekamar menghempaskan tubuh yang penat diatas kasur yang empuk. Tak lama kantukpun membuai dalam lena mimpi.

23 juni 2007

Hari kedua sekaligus terakhir kami ditempat karantina. Morning dipandu oleh gafur dan jack.asyik juga bergoyang ditemani musik yang menghentak dipagi hari. Lumayan heboh juga. Apalagi marsyanda lagi-lagi berulah. Ulah-ulah gilanya menarik perhatian anak-anak sekolah. Duh, rasanya saya ngak nyaman banget.buru-buru saya pura-pura ke wc dan sakit perut. Dengan santainya saya masuk ke kamar dan ngumpet disana sampai acara usai.

Kalau ngak salah materi terakhir hari itu adalah HIV/AIDS yang dibawahkan oleh tony dari kraaids. Tahukan tony/ suaranya yang khas dengan penampilan yang energik membuat materi mengalir bagai air. Ngak ada rasa bosan gitu. Meski materi yang disajikan terbilang biasa saya dengar. Pada sesi itu yeyen sebagai seorang miss tampil kedepan menceritakan “keahliannya” mengggunakan kondom. Wih, merinding juga mendengar pengalaman itu. Tak bias saya bayangkan saat monas…….masuk digorong-gorongnya. Ih, saya ngomong apa yach

Matahari mulai condong keubun-ubun. Kontrak panitia dengan pengelolah mess berakhir siang itu. Peserta dan panitia bergegas pergi. Kali ini mirror studio menjadi tujuan kami. Disana masih ada beberapa kontestan yang belum syuting profil. Dan tentu saja agenda utama kami adalah foto bersama.

Dengan menumpang angkot jurusan unhas-cendrawasi kami para kontestan melaju ke mirro studio. Persiapan-persiapan menjadi rutinitas kami. Kali ini kami semua berfose dengan menggunakan tsir missuniperes yang telah dibagikan oleh panitia. Asyik banget. Kali ini saya sedikit heppy. Meski masih malu-malu. Maklum wig kribo masih harus saya pakai. Senja telah tiba barulah saya tinggalkan tempat itu. Dan lagi-lagi insiden kecil menimpa saya. Polsesan make up belum tercuci bersih ketika meinggalkan tempat itu. Sempat saya lihat tatapan aneh dari sopir angkot. Ngak gue pedukin lagi deh

24-30 juni 2008

Selama satu minggu ini, semua finalis menjalani latihan koreo, latihan penampilan dan mempermantap 3B yang dimilikinya. Secara khusus memoent ini benar-benar kumanfaatkan untuk “mengejar” ketertinggalan dari finalis lainnya. Body language saya masih sangat buruk. Kaku, dan belum mencerminkan misss sejati. Antara rasa percaya diri dan rasa tidak percaya diri masih pasang surut. Malah lebih banyak ngak percaya dirinya.

Terlebih mendnegar komen para panitia dan guru koreo. Katanya diantara semua peserta sayalah orang yang nantinya merusak acara dimalam puncak nanti. Banyak ketakutan-ketakutan yang menghantui panitia. Sesepuh waria telah mewanti-wanti untuk tidak merusak tatanan yang telah baku dengan tampil konyolnya dimalam final nanti. Sungguh amat berat bagiku untuk tampil luwes hanya dalam waktu sesingkat itu.n semangatku kadang surut. Dan ingin mundur andai tak berfikir betapa banyaknya sudah pengorbanaku dalam ajang ini.akankah semuanya sia-sia dengan kemunduranku.

Ajang missuniperes adalah ajang yang juga menjual 3B seperti ajang sejenis. Kalaulah aku kalah di B yang pertama (beauty) maka aku masih punya peluang di brain dan behaeour. Bukti kalau saya serius adalah sikap total saya dalam mengikuti sesi demi sesi sampai malam grand final nantinya.

7 juli 2007

Inilah puncak acara missuniperes. Malam itulah kami para finalis yang lolos masuk grand final harus berjuang habis-habisan menarik simpati juri dan penonton. Hari itu tak satupun akseksori pendukung kumiliki. Jangankan merawat tubuh disalon, wig dan kostumpun saya belum punya. Bias dibayangkan betapa kalutnya saya waktu itu. Disinilah totalitasku mulai dipertaruhkan lagi. Terpaksa saya relpon saudara perempuanku dan meminta uang untuk mebeli aksesori itu. Siang itu juga saya lansgung ke sentral membeli wig dan sepatu hak tinggi. Waktu yang benar-benar mepet.

Magrib barulah saya tiba dihotel horizon. Tempat para kontestan melakukan persiapan-persiapan. Bergegas sayapun mulai dandan dengan jack sebagai juru riasku. Busana casual seadanya menjadi pakaian pertamaku. Andai saat itu ada sponsor mungkin kondisi ngak hancur-hancur banget deh.

Tepay pikul 7 malam saya dmiss mariso berangkat ke main hall gedung mulo. Tempat kontes berlangsung. Tiba disana pengunjung mulai berdatangan. Wah, rasanya nervous kembali menyerang. Sekuat tenaga aku menenangkan diriku. Malam itu adalah puncak acara. Besok aku juga bebas menjadi diriku kembali. Sayapun bergabung dengan para finalis yang masuk 12 besar. Disana, telah ada miss tahun sebelumnua. Bahkan dari wcpa. Penampilan mereka benar-benar perfeck. Tidak seperti diriku yang apa adanya.

Mc dipandu oleh ino dan harizs. Musik pengiring mulai berbunyi sebagai tanda para kontestan mulai beraksi. Sayapun berusaha tampil maksimal sesuai dengan kemampuanku. Sesi eliminasi mulai dilakukan. Semua peserta kembali masuk kedalam panggung untuk menentukan siapa yang mesti tereliminasi lebih dulu. Waktu itu saya pasrah saja. Dari segi fisik saya kalah jauh dengan mereka semua. Tapi ternyata tidak. Satu persatu nama miss yang lolos kebabak berikutnya mulai dibacakan. Miss mannuruki, miss panakkukang, miss mariso, miss new baling, miss tamalanrea, miss masale dan terakhir miss mangasa (saya sendiri). Saya tak mengangka. Saya masuk tujuh besar. Otomatis miss tallo, miss kaluku bodoa, miss sunguguhminasa, miss batua tereliminasi lebih dulu.

Saat itu perasaan haru menyeruak dilubung hatiku. Ternyata wajah yang tak cantik tidak begitu menjatuhkan diri kita didepan orang lain. Masih ada indokaotr lain yang bias aku asah dan bias kuandalkan. Kali ini peserta harus menjawab pertanyaan yang diambil daris ebuah kotak. Pertanyaan dari miss tamalanrea. ‘ dosa terbesar yang pernah kau lakukan dalam hidupmu”. Dengan mantap pertanyaan itu aku jawab “ dosa terebsar yang pernah aku lakukan adalah tak percaya pada diri saya sendiri”. Namun, saying.kemapuan saya hanya sampai disini. Dalam perebutan lima besar saya dan miss panakkukang harus terelominasi.

Persaingan makin sengit. Tersisa lima besar finalis. Miss tamalanrea, miss mariso, miss mannuruki, miss new baling dan miss masale. Kali ini kontestan harus menjawab pertanyaan dari juri utama yang berasal dari beberapa kalangan dan disiplin ilmu. Keberuntungan masih berpihak pada miss mannuruki, miss mariso dan miss tamalanrea. Miss masale dan new balangpun harus tereliminasi

Sebelum tiga besar kembali bersaing merebut posisi puncak, semua kontestan kembali masuk untuk merebut kategori-kategori. Miss nature, miss fotogenic, miss intelegentia, miss congeniality, miss pavorite. Dengar-dengar banyak panitia dan penonton menjagokan saya dan miss new baling merebut miss intelegentia, namun fakta berkata lain. Saya justru merebut miss nature atau duta lingkungan hidup. Acara puncak malam itu benar-benar milik miss tamalanrea yang juga sekalihgus miss fotogenic (denagr-dengar dia adalah finalis waria pavorite sekabupaten barru)

Minggu, 17 Februari 2008

ISLAM SEBAGAI RAHMATAN LILALAMIN

Islam adalah rahmat bagi sekalian alam. Kedatangan islam membawa berita gembira bagi umat manusia. Istam tak memandang bangsa tertentu, bahasa, warna kulit, suku, ras, golongan bahkan orientasi seks seseorang.

Di masyarakat kita, ada kesan bahwa agama (islam) dan kau marjinal (waria, gay, lesbi, dll) tak ubahnya laksana air dengan minyak. Agama selalu memberi ancaman adzab dan neraka kelak buat golongan marjinal itu diakherat nanti. Seakan-akan kau tersebut “tercipta” sebagai penghuni pasti neraka allah swt yang tak perlu berihtiar didunia dalam mencapai ridha tuhan. Karena neraka sudah pasti menunggu mereka akibat dosa-dosa mereka.

Namun, saya merasa ada yang kurang tepat didalam memandang mereka dari sudut agama. Seperti yang kita yakini selama ini. Semestinya kita menkaji lebih jauh, memahami lebih bijak makna-makna naskah yang ada dalam alquran dan alhadist. Kita tak bias langsung menjustifikasi fenomena yang ada dewasa ini dengankeberadaan kaum nabi luth. Begitu pula kaum waria dengan masa-masa nabi. Menurut saya kehidupan sebagai waria, gay dan lesbi adalah sebuah titah. Yang kadang dalam kacamata kedominanan kita memandang semua itu murni sebagai perilaku menyimpang.

Sebagai bukti argumen saya, tak seorangpun diantara kaum marjinal itu mau dengan kondisi sekarang. Andai bias diberi pilihan untuk hidup normal speerti yang lain. Istilahnya, andai bias kembali kerahim ibu pastilah mereka meminta terlahir sebagai laki-laki tulen ataupun wanita sejati.

Jadi, sangat bijaksana jika kita bias menyikapi fenomenba kaum marjinal tidak dengan debat kusir belaka. Mestinya kita semua menyikapi secara bijak dan proporsional dan tidak menvonis secara membabi buta.

ANTARA NASIONALISME dan PERUT

ANTARA NASIONALISME DAN PERUT

Setelah pulau ambalat dan legitan lepas dari pangkuan ibu pertiwi, menyusul pula reog ponorogo, lagu sijali-jali, batik, jamu, tahu-tempe dan bahkan banyak lagi kekayaan alam dan budaya Indonesia yang diklaim negara lain kini kembali mencuat satu kemelut yang membuat Indonesia kembali kebakaran jenggot.

Betapa tidak. Krisis multidimensi yang mendera Indonesia menjadikan TKI menjadi pilihan termudah. Hal ini makin diperparah oleh kurangnya perhatian dan rasa penghargaan pemerintah kepada warganya yang memiliki keahlian dan kemampuan. Hal ini membuat mereka lebih memilih berkarya dinegeri orang lain.

Saat ini, kembali hangat pemberitaan banyaknya warga Indonesia (tki) yang menjadi militan dinegeri jiran. Perekrutan mereka menjadi pasukan penjaga perbatasan menimbulkan tanda Tanya akan nasionalisme mereka. Benarkan rasa nasionalsime itu telah pudar di sanubari mereka? Lalu siapa yang musti bertanggung jawab. Mereka atau pemerintah yang tidak peduli dengan kesejahteraan mereka. Sikap acuh pemerintah yang tak lagi menanamkan sikap nasionalisme. Mestikah alasan perut (ekonomi dan kersejahteraan) meski kita maklumi. Sekarang, menjadi tugas kita semua untuk mewujudkan negeri yang rahmatan lilalamin

(rubrik "santri")

Rabu, 23 Januari 2008

CINTA TERLARANG

cinta adalah anugrah kepada siapa dan dimanapun rasa itu lahir dan bersemi. Bahkan cinta sesama jenis (cowok dengan cowok dan cewek dengan cewek) menurutku adalah hal yang suci dan murni selama itu benar-benar murni karena cinta. Saya kurang setuju dengan kaum yang menganggap dirinya sebagai kaum agamawan yang mencap dan mendramatis semuanya sebagai hal yang melanggar dari aturan dan najis dalam kehidupanbukankah Tuhan menciptakan sesuatu bukan tanpa tujuan?

waria

waria. ngak asing lagi ditelingah kita.taman lawang...........lapangan gasibu.........lapangan karebosi.........dan banyak tempat lagi yang mewakili keterwakilan 'kaum' yang satu ini tak banyak diantara kita yang mau memandang mereka secara positif . Penjaja seks.......sampah masyarakat,.......perusak tatanan yang mapan........pendosa yang tak terampunkan,......dan banyak lagi "cap" buruk yang dengan engtengnya kita lontarkan kepada mereka. Yach,kita taunya hanya mencela dan menilai sesuatu cukup dari kulit arinya saja.tetapi,andai kita mau jujur pada kata hati dan transparan pada realita yang ada.tak semua waria adalah penjajah tubuhtak semua waria hanya membuat kerusakantapi banyak yang bisa "jadi manusia" lebih manusia dari "kita" yang bangga dengan status yang kita sandang. mereka harus diterima dan "dirangkul" bersama dengan kita tuk menjalin kebersamaan.mereka memiliki potensi yang unik dan khas yang harusnya di manfaatkan pada jalur yang sebenranya bukan justru mengekang dan menutupi akses yang mereka milikimereka punya potensi sendirimereka punya hasrat sendirijangan kita paksa tuk sama dengan kitakita diciptakan beda,mengapa mesti harus samabukankah perbedaan adalah rahmah........bukankah tuhan melarang kita mencela seseorang,jangan sampai orang itu jauh lebih baik dari kitamari, kita selalu berfikiran positif dalam menilai sesuatu